Bagi yang sudah mempunyai anak pasti tau tentang celana sekali pakaia sang bayi anti pipis, pampers. Hampir semua bayi sekarang menggunakan pampers, terutama ketika malam hari atau ketika pepergian. Alasannya sederhana, biar gak repot kalau si bayi ngompol. Dan memang dengan adanya pampers urusan kerepotan saat si bayi pipis, terutama ditempat umum, bisa teratasi oleh pampers.
Tapi, bekas pampersnya in yang masalah. Akan menjadi tumpukan sampah menjijikan. Ini yang saya alami, pampers bekas anak saya tiap malam menumpuk dibelakang rumah, dan untuk memusnahkannya harus dengan dibakar. Ini juga kudu nunggu kering dulu, dan butuh waktu lama.
Dan sangat terasa di musim penghujan ini, sampah pampers yang gak kena sinar matahari tetap basah dengan kotoran-kotoranya menjadi tumpukan menjijikan. Cara satu-satunya dengan menguburnya. Saya gak tau, berapa lama pampers akan hancur didalam tanah. Kalau ditempat saya masih ada lahan untuk menggali dan mengubur si pampers, bagaimana dengan penduduk di kota-kota yang lahannya sudah sempit dan tidak memungkinkan untuk membuat lobang untuk mengubur pampers?
Ini yang harus dipikirkan. Bagaimana caranya pampers bekas pakai ini tidak menjadi sampah. Mungkin diperlukan kreatifitas baru para aktivis lingkungan hidup untuk mengelola pampers bekas menjadi produk baru yang bernilai manfaat. Kalau kotoran manusia saja bisa dimanfaatkan untuk bio gas, apakah pampers bekas bisa dimanfaatkan untuk bahan produk tertentu?
Saya pernah baca, ada orang-orang yang mencari pampers bekas, kemudian dibersihkan dan dijual kembali. Ini kreatif sih, tapi kalau ternyata dijual kembali kepada masyarakat, apakah ini tidak berdampak pada kesehatan nantinya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar